Drs. Budi Purwanto
SMA N 1 Sokaraja, Banyumas, Jawa Tengah
Sekolah kami SMA N 1 Sokaraja terletak di Banyumas, dengan suhu udara yang sejuk sangat cocok untuk ditanami sayur dan buah-buahan. Keterbatasan lahan sekolah tidak menyurutkan kami untuk berkebun. Kami memanfaatkan lahan kosong seperti dekat tembok keliling, pojok sekolah, dan tepi kolam ikan untuk ditanami aneka sayur dan buah seperti okra, cabai, sawi, daun bawang, bayam, kangkung, belimbing, kelengkeng, sawo dan sebaginya. Banyak manfaat yang kami peroleh dari adanya kebun sekolah ini selain hasil panennya ternyata kebun sekolah dapat dijadikan sebagai media edukasi gizi bagi peserta didik kami.
Ide edukasi gizi berawal dari banyaknya anak-anak yang hanya tahu jenis bahan-bahan makanan namun ternyata kebanyakan dari mereka belum pernah tahu bentuk pohonnya seperti apa bagaimana cara menanamnya. Bahkan diantara mereka sangat heran saat ditunjukkan bahwa jenis bahan makanan tertentu bisa ditanam sangat mudah, dapat disiasati meskipun lahan yang tersedia sempit, atau menggunakan media tanam yang sederhana. Kegiatan yang kami lakukan mulai dari penyiapan lahan, termasuk mencampur media tanam, penanaman, perawatan, dan cara memanen.
Kami guru-guru dan peserta didik sangat gembira dan menikmati sistem pembelajaran yang bersifat “learning by doing” ini. Saya pribadi sangat terkesan dapat berinteraksi lebih dekat dengan siswa tanpa rasa canggung, berkotor ria bersama-sama. Kami para guru juga menyelipkan edukasi gizi dari hasil panen kebun sekolah kami di mata pelajaran seperti biologi, pendidikan jasmani dan kesehatan. Guru menjelaskan tentang bagaimana mengolah/memasaknya secara higienis, enak, dan bermafaat untuk kesehatan yang optimal. Sejauh ini saya melihat anak-anak menyukai metode belajar gizi seperti ini, anak-anak menjadi paham akan manfaat tanaman yang mereka tanam untuk kesehatan, mereka juga menjadi lebih suka makan sayur dari hasil
karena hasil kerja sendiri.
Dibalik kesan positif yang saya dapatkan, butuh waktu untuk menyadarkan anak-anak tentang kebun kebermanfaatan kebun sekolah ini, apalagi yang saya hadapi adalah anak SMA. Tak jarang saya menemui anak yang apatis dalam merawat tanaman, sering kali tanaman terserang hama. Tetapi berkat optimisme guru dan pendekatan yang kontinyu terlihat anak-anak lama kelamaan antusias. Untuk kedepannya kami akan lestarikan kebun gizi ini sembari terus berinovasi untuk teknik penanaman tanaman lainnya.